assalamuallaikum wr wb
berikut adalah artikel yg pernah dimuat di salmadinar.blogspot
semoga bermanfaat!!!
Jika Anda tanyakan kalimat tanya diatas ke penasihat investasi yang berpengetahuan ‘modern’, Anda akan mendapat jawaban “jangan lebih dari 5% dari seluruh kekayaan Anda”. Dan, jangankan mendapat jawaban yang cukup memuaskan, bisa jadi Anda akan ditanyak balik “Apa itu Dinar ?”. Yang mereka tahu kebanyakan hanya emas batangan dan ‘gelap’ tentang Dinar. Padahal keduanya berbahan intrinsik sama yaitu emas.
Di buku “Buy Gold Now” karangan Shayne McGuire*, pada segmen dengan judul “How Much Gold Should I Own?”, pandangan “5% dari kekayaan” untuk penyimpanan dalam bentuk emas, sebaliknya malah ia sebut sebagai pandangan tradisional.
Penasehat keuangan akan memandang skeptis investasi emas, karena mereka anggap tidak ada ‘model yang terbukti dan teruji’ yang bisa memprediksi seberapa besar kenaikan (atau penurunan) harga emas. Oleh sebab itu simpanan emas dipinggirkan, dan digantikan dengan anjuran simpanan atau investasi bentuk lain. Emas dianggap “so unpredictable, so erratic”. Wow !
Padahal kita tahu, pendapat itu lemah dan mengabaikan fakta :
- Nilai emas terus naik (artinya mata uang kertas terus melemah) secara konsisten sebesar rata-rata 27% per tahun. Bahkan jika barat jujur mencatat, nilai emas pernah meroket naik sebesar 2.300% dalam 9 tahun semenjak Smithsonian Agreement dikeluarkan tahun 1971 yang menandai ‘Floating Exchange Rate’ dimana mata uang yang dicetak tak lagi harus dibackup / dikaitkan dengan emas.
Demikian yang terjadi terhadap emas, berarti terjadi juga terhadap Dinar, karena bahan Dinar adalah emas.
- Seandainya model prediksi yang mereka punyai benar dan berhasil untuk nilai saham misalnya, itupun tak berarti apa-apa. Karena pada kenyataannya harga saham bisa anjlok 20% dalam sehari – bukan setahun. Dan emas tak pernah sekalipun mengalami kejadian seperti itu.
Kembali ke persoalan berapa banyak sebaiknya cadangan emas / dinar yang baik untuk ketahanan ekonomi rumah tangga kita ? Saran yang lebih realistis adalah 8 hingga 15%. Namun khusus Dinar, agar pas, ada 2 landasan pikir kita, yaitu :
- Kaidah >6<, yaitu menghindari menyimpan dalam Dinar jika dana akan digunakan untuk berbagai keperluan dalam rentang waktu dibawah 6 bulan, misalkan berbagai keperluan rumah tangga, membayar hutang, dan lainnya. 6 bulan adalah batasnya. Dinar dan emas secara umum, pada dasarnya akan makin baik jika digunakan untuk merencanakan berbagai keperluan jangka panjang, seperti pendidikan anak, dana pensiun, menabung untuk ONH maupun umroh dari jauh hari, ataupun melunasi hutang jangka panjang.
- Dalam jangka sangat panjang, karena kita meyakini bahwa sesungguhnya Dinar bukan hanya sebagai alat simpan kekayaan, melainkan juga kita siapkan sebagai alat tukar, menyimpannya semampu kita adalah baik dan merupakan bagian dari mempersiapkan diri menyambut praktek ekonomi Islam yang lengkap dan menyeluruh.
Jadi tak perlu habis-habisan menyimpan harta dalam Dinar secepat-cepatnya tanpa memperhatikan alokasi dana yang kita punya. Perhatikan kaidah >6< diatas. Tempatkan ke Dinar dana yang memang benar-benar tak terpakai dalam 6 bulan kedepan. Dinar juga bukan alat untuk mendapatkan ‘gain’ dengan ‘fast trading’ yang sifatnya spekulasi. Jika ini motif Anda, segera tinggalkan Dinar karena besar kemungkinan Anda akan rugi.
Selain itu, sebaiknya mulailah membangun ketahanan ekonomi jangka panjang rumah tangga kita. Rencanakan dan alokasikan secara disiplin simpanan Dinar emas untuk berbagai keperluan seperti pendidikan diri kita maupun anak-anak kita, ataupun dana pensiun ketika memasuki masa purna tugas bagi yang bekerja sebagai karyawan.
Allahua’lam.
*) Shayne adalah peneliti dan praktisi sekaligus pemilik sebuah lembaga keuangan pengelolaan dana pensiun karyawan di US dengan asset hingga USD 115 Milyar. Saat ini ia bekerja untuk sebuah perusahaan pencetakan koin emas ternama di US.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar